Dalam mitologi Jepang, Izanagi adalah salah satu sosok sentral dalam kisah penciptaan dunia. Bersama pasangannya, Izanami, ia dipercaya sebagai pencipta pulau-pulau pertama Jepang dan para dewa-dewi yang mendasari kepercayaan Shinto. Namun, peran Izanagi tidak berhenti pada penciptaan semata. Kisahnya juga mencerminkan konsep dualitas kehidupan dan kematian, serta pentingnya kesucian dan penebusan dosa, yang menjadi nilai fundamental dalam budaya Jepang.
Hingga saat ini, jejak Izanagi dapat ditemukan dalam berbagai ritual pemurnian (misogi) dalam ajaran Shinto, yang masih dipraktikkan untuk menyucikan diri dari pengaruh negatif. Melalui artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang peran Izanagi dalam mitos penciptaan serta bagaimana ia berkontribusi dalam membentuk budaya dan kepercayaan masyarakat Jepang hingga masa kini.
Makna Nama Izanagi
Nama izanagi, berasal dari bahasa jepang kuno yang sering dikaitkan berasal dari kata kerja Izanagi (Ortografi sejarah Izanafu) yang memiliki arti mengundang atau memimpin. Dalam dalam kisah penciptaan dunia dalam Kojiki dan Nihon Shoki, nama ini diterjemahkan sebagai Dia yang mengundang atau mengajak, Hal ini mengacu pada perannya dalam menciptakan dunia bersama pasangannya Izanami. Sedangkan nama izanami atau Iⁿzanamî, memiliki makna "wanita yang mengundang"
Menurut teori alternatif Shiratori Kurakichi, seorang sejarawan dan sinolog jepang yang merupakan salah satu pionir dalam bidang sejarah oriental, mengusulkan sebaliknya berdasar akar kata Iza (lebih tepatnya Isa) yang berasal dari Isao (ortografi sejarah Isawao) yang memiliki makna "pencapaian" atau "jasa" Etimologi kata kerja ini, diduga merupakan cikal bakal lema korea tengah yènc, yang bermakna "Menempatkan" atau "Meletakan" yang direkonstruksi sebagai *yenc-(Tempat) dalam bahasa korea kuno.
Asal-usul Kelahiran Izanagi
Dalam mitologi jepang, asal-usul kelahiran Izanagi tidak dijelaskan secara eksplisit baik dalam Kojiki (712M) maupun Nihon Shoki (720M), Namun, Berdasarkan kedua sumber kuno tersebut, Izanagi termasuk dalam generasi awal, yang muncul setelah para dewa Primordial (kami awal) yang kemudian melahirkan generasi berikutnya termasuk pasangan Izanagi dan Izanami, yang kelak akan ditugaskan untuk menciptakan dunia.
Izanami dan Izanagi adalah generasi terakhir dari "KOTOAMATSUKAMI" atau dewa-dewa surgawi yang muncul setelah dewa -dewa pencipta seperti, Ame no Minakanushi, Takamimubusi dan Kamimubusubi.
Meskipun tidak secara rinci dijelaskan siapa yang "Melahirkan" izanagi dan Izanami, mereka dianggap sebagai bagian dari hierarki KAMI yang muncul dari eksistensi ilahi tertinggi di Takamagahara (Daratan tinggi surgawi) Dengan kata lain, Mereka bukanlah dewa yang "Dilahirkan" dalam arti biologis, Tetapi muncul sebagai entitas ilahi dalam proses pembentukan dunia.
Peran Izanagi Dalam Penciptaan Dunia
Izanagi dan Izanami ditugaskan oleh dewa-dewa surgawi untuk menciptakan dunia, khususnya kepulauan jepang. Kisah ini tercatat dalam dua catatan kuno tentang mitologi jepang, Kojiki dan Nihon Shoki. Menurut kedua catatan kuno tersebut, Izanagi bersama Izanami berdiri di jembatan surgawi Ame no Ukihashi, mereka mengaduk lautan primitif menggunakan tombak suci bernama Ame no Nuboko. Dimana setelah tombak suci Ame no nuboko no Nuboko diangka, terdapat tetesan air yang jatuh lalu membentuk pulau pertama Onogoro Shima. Setelah itu mereka turun ke pulau tersebut dan melangsungkan ritual pernikahan.
Ritual pernikahan ini dilakukan dengan cara mengelilingi pilar suci dari arah yang berlawanan satu sama lain, yang kemudian bertemu ditengah-tengah. Ritual pernikahan tersebut tidak berjalan dengan tata cara yang benar, Sebab Izanami berbicara terlebih dahulu, Yang mengakibatkan anak pertama mereka Hiruko terlahir cacat.
Izanagi dan Izanami, lalu mengulang ritual pernikahan dengan tata cara yang benar, yaitu Izanagi yang berbicara terlebih dahulu. Dari ritual pernikahan kedua mereka, tercipta beberapa pulau-pulau lainnya yang kemudian menjadi kepulauan jepang (Oyashima no Kuni) yaitu Hanshu, Shikoku, Kyushu dan pulau-pulau lainnya.
Selain menciptakan pulau-pulau jepang, Izanagi dan Izanami juga melahirkan banyak dewa yang mengatur berbagai aspek alam seperti, Oyamatsumi ( Dewa gunung) Kuroakami (Dewa hujan) dan Shina tsu hiko (dewa angin) Namun, saat Izanami melahirkan Kugutsuchi (dewa api) Ia mengalami luka yang cukup fatal sehingga akhirnya Izanami kematian.
Kematian Izanami menjadi awal konsep kematian dalam mitologi jepang, sedangkan disisi lain, Izanagi yang merasakan kesedihan dan kemarahan atas kematian istrinya, pada akhirnya membunuh kugutsuchi dengan pedangnya. Dari darah dan tubuh Kugutsuchi muncul berbagai dewa dan entitas baru.
Menjemput Izanami Di Yomi No Kuni
Setelah izanami meninggal dunia karena melahirkan kugutsuchi (dewa api) . Izanagi yang sangat mencintai dan tidak bisa menerima kematiannya, Memutuskan untuk pergi ke Yomi no Kuni (Dunia Bawah) sebuah dunia yang gelap dan sunyi. Dunia tempat jiwa-jiwa mati. Saat izanagi tiba di yomi no kuni, Izanagi memohon pada izanagi untuk kembali kedunia. Namun dikarenakan izanami telah memakan, makanan dari yomi no kuni, menyebabkan izanami tidak bisa lagi kembali kedunia.
Izanagi yang masih menginginkan izanami untuk kembali ke dunia, mencoba cara dengan terus memohon kepada izanami untuk kembali. Izanami yang terus dibujuk pada akhirnya bersedia untuk kembali dengan syarat, izanagi tidak boleh melihatnya saat dia bersiap. Tapi izanagi yang penasaran dan tidak sabar, justru menggunakan sisir yang dibawanya dan merubahnya menjadi obor untuk melihat izanami. Diapun terkejut dengan sosok izanami yang telah berubah menyeramkan, dengan tubuh busuk dan wajah mengerikan. Izanagi yang tidak bisa menerima istrinya berubah menjadi mahluk menyeramkan berlari meninggalkan istrinya menuju pintu keluar yomi no kuni.
Izanami yang merasa marah dan terhina, karena izanagi melanggar janji dan meninggalkannya, diapun mengirimkan pasukan yomi, termasuk mahluk jahat untuk mengejar suaminya. Izanagi yang terus dikejar pasukan yomi, melemparkan berbagai benda yang berubah menjadi rintangan, untuk mengecoh para pengejarnya. Seperti sisir yang berubah menjadi tunas bambu. Ketika izanagi telah berhasil mencapai pintu keluar yomi no kuni, dia menutup pintu tersebut menggunakan batu besar dan berhasil mengurung izanami di yomi no kuni. Izanami yang tidak berhasil mengejar izanagi dan terkurung di yomi no kuni, Dia bersumpah akan membunuh seribu orang setiap hari sebagai bentuk balas dendam. Dan dari balik pintu yomi no kuni, Izanagi bersumpah akan menciptakan seribu lima ratus orang setiap hari.
Ritual pensucian dan kelahiran tiga dewa
Izanagi yang merasa dirinya telah tercemar energi negatif dunia bawah, memutuskan melakukan ritual pembersihan (misogi) disebuah sungai Ahakihara di provinsi tachibana (lokasi mitos di jepang). Tiga dewa pun terlahir dari ritual pembersihan tersebut:
Amaterasu ( Dewi matahari) dewi cahaya yang terlahir ketika izanagi mencuci mata kirinya. Dia diberikan kekuasaan untuk menguasai takamagahara (Dunia para dewa dilangit)
Tsukuyomi (Dewa bulan) lahir ketika izanagi mencuci mata kanannya. Tsukuyomi diberikan kekuasaan untuk menguasai malam. Tsukuyomi sering digambarkan sebagai Dewi yang pendiam, penuh wibawa, dingin dan keras.
Susanoo (Dewa badai dan laut)lahir ketika izanagi mencuci hidungnya. Dia diberikan kekuasaan atas badai dan laut. Susanoo digambarkan dengan sifatnya yang liar dan penuh amarah dan sering menimbulkan konflik dengan amaterasu.
Ketiga dewa ini kelak menjadi inti cerita dalam mitologi Shinto jepang. Termasuk persaingan antara amaterasu dan susanoo, serta peran mereka dalam mengatur dunia manusia dan dewa.
Peran Dalam Kepercayaan Shinto dan Budaya Pop
Sebagai salah satu dewa tertua dan dewa pencipta dalam mitologi jepang, Izanagi memiliki pengaruh besar dalam budaya jepang, baik dalam kepercayaan Shinto, seni, sastra maupun simbolisme nasional, bahkan pengaruhnya masih terasa hingga saat ini dalam budaya pop (pop culture)
Dalam kepercayaan Shinto, Ritual pemurnian Izanagi setelah kembali dari Yomi no Kuni, menjadi dasar konsep Misogi yaitu ritual penyucian diri energi negatif menurut kepercayaan Shinto. Ritual tersebut hingga kini masih banyak dilakukan oleh pengikut Shinto sebelum memasuki Kuil.
Sedangkan pengaruh Izanagi dalam simbolisme kekaisaran, secara tidak langsung, Izanagi yang merupakan ayah dari Amaterasu terikat dengan asal-usul kekaisaran jepang, yang merupakan keturunan langsung dari Amaterasu.
Izanagi juga mempunyai pengaruh dalam ritual Daijosai, yaitu ritual panen pertama setelah kaisar naik tahta. Ritual ini masih dipengaruhi oleh tradisi kepercayaan Shinto yang berasal dari era Izanagi.
Pengaruh Izanagi dalam puisi, sastra jepang kuno, banyak terinspirasi dari teks-teks atau catatan kuno seperti, Kojiki dan Nihon Shoki, yang membentuk konsep-konsep estetika dalam budaya jepang. Karya sastra kuno yang terinspirasi dari catatan tertua Kojiki (712M) Memiliki struktur naratif yang menampilkan elemen puisi liris dalam bentuk Waka (Puisi jepang klasik) Terutama dalam dialog Izanagi dan Izanami saat di Yomi, yang memiliki konsep keindahan dan kefanaan. Misalnya salah satu puisi Waka yang terinspirasi dari kisah ini.
"Dalam bayang Yomi, Cinta yang dulu menyala, Lenyap dalam Kegelapan"
Berbeda dengan Kojiki, versi Shoki yang menggunakan gaya Kanbun, prosa Tiongkok klasik, lebih kompleks serta lebih berorientasi pada sejarah dan legitimasi politik, untuk memperkuat kedudukan kaisar jepang sebagai keturunan dewa.
Dalam seni dan pertunjukan seperti, Noh dan Kabuki, kisah Izanami dan Izanagi sering muncul dalam tema mitologi dan tragedi. Noh, teater klasik yang berkembang sejak abad ke 14, sering mengambil inspirasi dari kisah Izanagi dan Izanami, Terutama dalam tema perjalanan ke dunia orang mati dan ritual pemurnian. Salah satu motif yang sering digunakan dalam Noh ialah, topeng roh yang menggambarkan sosok Izanami yang berubah menjadi sosok menakutkan di Yomi no Kuni. Sementara seni pertunjukan Kabuki yang berkembang pada abad ke 17, juga mengadopsi elemen kisah Izanagi, Hanya saja Kabuki lebih menonjolkan efek dramatis yang lebih teatrikal.
Kisah Izanagi dan Izanami juga banyak menginspirasi seni lukis kuno seperti, Emakimono (Gulungan bergambar) dan Ukiyo-e (cetak kayu periode Edo) . Cetak kayu ini juga digunakan untuk mendidik masyarakat tentang mitologi, melalui ilustrasi populer.
Pengaruh Izanagi dalam budaya pop (pop culture) sosoknya banyak menginspirasi berbagai karya kreatif secara luas, baik dalam bentuk literatur dan novel fantasi seperti, novel The Goddess Chronicle yang ditulis oleh Natsuo Kirino. Sebuah novel yang menawarkan prespektif baru tentang kisah Mitologi klasik Jepang. Dalam industri kreatif lainnya tokoh Izanagi juga sering ditampilkan ditampilkan yang mengangkat tema supernatural dan spiritual.
Karakternya juga seringkali diadaptasikan kedalam game, anime dan manga terkenal seperti, manga dan anime Naruto, persona 4, Shuumatsu no valkyrie (Record of Ragnarok) dan masih banyak lainnya.
Pengaruh Izanagi dalam budaya pop, menunjukan bagaimana elemen tradisional dapat diintegrasikan kedalam karya modern dan menawarkan prespektif dari sudut pandang yang berbeda.
Kuil Pemujaan Izanagi
Izanagi memiliki beberapa kuil yang didedikasikan untuknya di jepang, Dan menjadi tempat penting dalam kepercayaan Shinto dengan latar sejarah panjang. Beberapa kuil-kuil tersebut diantaranya seperti, Kuil Awajishima Izanagi (Awajishima) yang terletak di pulau Awaji, Prefektur Hyogo. Kuil ini dianggap sebagai kuil tertua yang didedikasikan untuk Izanagi dan Izanami, kuil ini sering menjadi tujuan ziarah untuk menghormati leluhur spiritual jepang.
Kuil Yamotsu Hirasaka, kuil ini terletak di prefektur Shimane. Kuil ini diyakini sebagai pintu masuk ke dunia bawah dalam peristiwa mitos dimana izanagi pergi ke Yomi no Kuni untuk membawa kembali izanami ke dunia atas atau dunia hidup.
Izanagi Jingu (kuil Izanagi) kuil ini juga berlokasi di pulau Awaji, dekat selat Naruto, yang diyakini sebagai tempat dimana Izanagi tinggal setelah berpisah dengan Izanami. Selain itu, tempat ini juga menjadi simbol penciptaan dan perlindungan dalam kepercayaan Shinto.
Kuil-kuil tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, Tapi juga sebagai situs budaya dan sejarah untuk melestarikan kisah penciptaan dalam Mitologi Jepang.
Izanagi adalah salah satu tokoh sentral dalam mitologi Jepang yang tidak hanya mencerminkan kekuatan penciptaan, tetapi juga melambangkan siklus kehidupan dan kematian. Nama "Izanagi," yang berarti "mengundang," menegaskan perannya sebagai pengundang kehidupan dan harmoni ke dunia. Kisahnya bersama Izanami dalam menciptakan pulau-pulau Jepang dan para dewa menunjukkan keagungan dan kesakralan penciptaan dunia menurut kepercayaan Jepang kuno.
Pengaruh Izanagi juga terasa dalam budaya Jepang hingga kini, baik dalam ritual keagamaan maupun seni, yang terus menggambarkan mitosnya dalam berbagai bentuk. Dari tarian kagura hingga festival Shinto, jejak kisah penciptaan ini tetap hidup dan beresonansi dengan masyarakat Jepang modern. Dengan memahami peran dan simbolisme Izanagi, kita dapat lebih menghargai warisan budaya Jepang yang sarat akan mitos penciptaan dunia.
Melalui cerita Izanagi, kita diingatkan tentang pentingnya harmoni dan penciptaan, nilai-nilai yang tetap relevan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Bagikan pendapatmu tentang Izanagi di kolom komentar dibawah ini.
Belum ada Komentar untuk "Izanagi: Makna Nama, Dewa Pencipta Dan Pengaruh Dalam Budaya Jepang"
Posting Komentar